Powered By Blogger

Rabu, 17 November 2010

BAB 6 (MANUSIA DAN PENDERITAAN )

Manusia kerap kali mengalami penderitaan , tetapi dengan dengan ada nya penderitaan seseorang dapat belajar untuk menjadi lebih baik lagi dengan kata lain, allah sangat peduli ketika manusia mendapatkan penderitaan sebab allah tidak akan memberikan penderitaan yang hambanya tidak sanggup menjalankan penderitaan itu dan dibalik penderiataan itulah adanya kesenangan, dan ada hikmah dari setiap penderitaan yang dialami manusia,

Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang nyata dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.

Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.

Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.

untuk mengatasi bebagai penderitaan atau musibah di perlukan mental dan jiwa yang baik agar dapat melewati penderitaan yang dia lalui
apabila jiwa dan mental nya tidak baik seorang manusia sulit melewati penderitaannya dan dia akan mempunyai pikiran bahwa dunia tidak adil padanya,
jadi sangat di perlukan jiwa yang sabar dan mental yang kuat untuk menghadapi suatu masalah atau penderitaan. Dan juga di perlukan pikiran pikiran positif agar setiap penderitaan yang di hadapi dapat memberikan hikmah dan sebuah arti perjalanan hidup..

0 komentar:

Posting Komentar